Gelombang Kedua Covid-19 di Indonesia

candles-e1509396168670

Hari ini Kamis tanggal 8 Juli, kota Makassar diselimuti awan mendung dan hujan yang tidak terlalu deras seharian. Pagi ini, kami kembali mendapat berita duka dari saudara kami di Jakarta. Almarhumah berpulang karena terpapar oleh virus corona dan tidak tertolong sebab beliau memiliki komorbid (diabetes, hipertensi, dan asma). Minggu lalu, tetangga kami yang adalah ketua RT di sini, juga berpulang karena kasus yang sama, selang dua hari istrinya menyusulnya. Menurut informasi yang diterima di WhatsApp group warga, mereka berdua terpapar dari anaknya yang pulang dari berlayar.

Sejak kepergian almarhumah nenek (ibu dari nyokap gue) di awal tahun ini, tepatnya tanggal 9 Januari, berita duka terus berdatangan dari keluarga kami. Selang dua minggu kemudian, istri dari paman gue meninggal. Sebelumnya, almarhumah menjalani operasi kepala di bagian otak kecil. Beliau sempat dipulangkan ke rumah, namun beberapa hari kemudian ia terkena serangan vertigo. Ia dibawa kembali ke RS saat itu juga dan masuk ICU. Sejak saat itu ia sudah tidak sadarkan diri dan ternyata sudah terpapar virus corona. Bulan berikutnya kabar duka kembali datang sekaligus dari dua orang di kampung orang tua gue. Mereka adalah istri dari sepupu gue dan keluarga jauh kami. Setelah itu sepupu dari nyokap meninggal, lalu beberapa temen angkatan bokap. Kabar buruk masih terus berdatangan dari tetangga depan rumah di Jakarta yang mengabarkan melalui WhatsApp group bahwa beberapa tetangga sedang melakukan isoman (isolasi mandiri) dan beberapa juga telah berpulang karena terpapar virus ini, rata-rata mereka yang pergi memiliki komorbid. Di bulan puasa, suami dari tantenya nyokap juga berpulang.

Tahun yang begitu berat untuk semua orang. Hal inilah juga menjadi alasan kenapa gue menutup akun Instagram gue. Gue gak tahan membaca isi stories berita buruk setiap hari dari beberapa teman di Jakarta yang sedang mencari pertolongan pendonor plasma konvalesen untuk keluarga/kerabat mereka yang terbaring di ICU karena terpapar virus Corona ini, dan kabar-kabar duka lainnya yang membuat gue sedih. Pun tidak sedikit dokter dan nakes yang telah gugur karena terpapar virus ini dalam menangani situasi yang genting ini. Gue juga sempat melihat liputan di salah satu stasiun televisi yang menayangkan pemakaman jenazah yang terpapar virus corona, tapi gak gue lanjutin.

Beberapa minggu terakhir, gelombang tinggi penularan Covid-19 kembali terjadi di Indonesia terutama di pulau Jawa dan Bali sehingga pemerintah harus mengumumkan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) darurat. Dikutip dari CNN Indonesia, “Catatan kasus harian Covid-19 di Indonesia pada hari ini bertambah menjadi 38.391 orang yang sebelumnya 34.379 orang (7/7). Dengan demikian total kumulatif kasus Covid-19 di Indonesa sejak yang pertama diumumkan Presiden RI Joko Widodo pada awal Mei 2020, per hari ini menjadi 2.417.788 orang.”

Harapan gue saat ini adalah agar semua warga segera divaksin dan tidak ada lagi yang percaya bahwa Covid-19 ini adalah sebuah konspirasi. Apakah tidak cukup untuk yakin dan percaya bahwa virus ini nyata adanya dengan bukti ribuan pasien dan nakes yang telah gugur? To tell you yhe truth, gue iri sama warga negara lain (seperti yang gue tonton di vlog salah satu WNI yang tinggal di Belanda) yang patuh mengikuti peraturan pemerintah untuk segera divaksin, dan di sana mereka juga sudah tidak diwajibkan untuk mengenakan masker di area terbuka kecuali di dalam ruangan sempit/fasilitas umum seperti bus/kereta. Apakah kalian tidak lelah dengan keadaan di mana kita sudah terkurung di dalam rumah selama setahun lebih lamanya?

Gue ini loh mau lagi kembali pulang dan bekerja di Jakarta, mengantre busway di halte bersama penumpang lain atau menunggu commuter line di stasiun dan berdesak-desakan dengan budak korporat lainya seperti waktu sebelum ada wabah ini. Gue kangen momen di mana kita semua bebas keluar rumah tanpa dihantui rasa cemas dan takut akan terpapar virus Corona. Kangen sepedaan juga (FYI, gue gak gabung di komunitas mana pun). Pastinya gue juga kangen momen silaturahmi ke rumah keluarga. Gue kangen ngemall (sendirian), nonton di bioskop, pergi ke toko buku, doing groceries, nongkrong di coffee shop sambil berdiskusi dengan temen-temen, dan aktivitas di luar rumah lainnya. Doa kita semua sama, agar masa terberat dalam hidup kita sekarang ini segera berlalu. Gue juga sangat berharap agar program vaksinasi yang (masih) gratis dari pemerintah ini berjalan dengan lancar sehingga tidak ada satu pun warga yang terlewatkan agar segera terbentuk herd immunity lalu kita berjuang bersama untuk mengembalikan keadaan seperti sebelum pandemi.

Untuk kalian yang kehilangan saudara, kerabat, bahkan pekerjaan namun tetap harus menghidupi keluarga kalian, hang in there, we are gonna get through this together. This too shall pass. Semangat ya!

Leave a comment